Jenjang pendidikan strata II di jurusan matematika berhasil
diselesaikannya di Universitas Saanati Sharif dalam waktu yang relatif
singkat. Jenjang studi tingkat doktoral juga diikuti di perguruan
tinggi yang sama. Tahun 1994 dia lulus dengan disertasi yang dinobatkan
sebagai karya terbaik dalam festival matematika. Nasrin Soltankhah
beberapa terpilih sebagai peneliti terbaik di kampusnya. Sejak terdaftar
sebagai mahasiswa doktoral, Nasrin sudah mulai mengajar. Setelah lulus,
dia ditetapkan sebagai salah seorang anggota dewan keilmuan di
universitas al-Zahra dan resmi berprofesi sebagai dosen di perguruan
tinggi itu.
Soltankhah telah
membukukan banyak karya penelitian ilmiah dan sejumlah makalah di bidang
matematika. Sampai saat ini 36 makalahnya terbit di buletin ilmiah
kenamaan. Dia juga berhasil merampungkan 11 riset ilmiah. Soltankhah
mengirimkan sedikitnya 18 makalah ilmiah ke konferensi dalam dan luar
negeri.
Di bidang politik
Soltankhah juga berperan aktif sampai terpilih sebagai salah satu wakil
Presiden. Tahun 2003 dia dipercaya warga Tehran untuk menjadi anggota
Dewan Kota Tehran. Selama empat tahun masa tugas di dewan ini Soltankhah
masuk ke jajaran dewan pimpinan. Dua tahun setelahnya dia diangkat
menjadi penasehat Presiden dan Ketua Kantor Urusan Perempuan dan
Keluarga yang berada di bawah kantor kepresidenan Iran. Tahun 2008 dia
dipercaya mengetuai Lembaga Elit Nasional. Setahun berikutnya, Presiden
Iran waktu itu, Ahmadinejad mengangkatnya menjadi Wakil Presiden Urusan
Sains dan Teknologi.
Saat ditanya
tentang siapakah orang yang berhak disebut sukses, Nasrin Soltankhah
menjawab, "Orang yang sukses adalah orang bisa mempersembahkan semua
yang ia dapatkan dalam kehidupan ini untuk bangsa dan negaranya. Dengan
demikian, hati, jiwa dan ruhnya akan tenang. Tentunya untuk meraih
sukses, kita semua berkewajiban mengaktualkan semua potensi pemberian
Allah dan mengembangkan yang dianugerahkan kepada kita dengan baik."
Soltankhah mengenai peran keluarga dalam keberhasilannya mengatakan,
"Peran keluarga sangat penting. Dalam masa pendidikan, ayahku punya
peran besar dalam membimbing dan mengarahkanku. Memang sebagian besar
jenjang pendidikan kulalui setelah pernikahan dan dengan memangku anak.
Saat itu, suamiku selalu membantu dan mendukungku. Karena aku selalu
katakan bahwa suamiku punya andil yang sangat besar dalam menopang
keberhasilanku. Tapi aku meyakini satu hal, bahwa orang yang punya tekad
kuat akan bisa mengatasi semua kendala yang ada di hadapannya dan
mengubah kesulitan menjadi kesempatan."
Berbicara tentang keseimbangan tugas di rumah dan di luar rumah,
Soltankhah menjelaskan, "Pada prinsipnya perempuan adalah manusia yang
dalam kemanusiaannya tidak berbeda sama sekali dengan kaum laki-laki.
Dia dianugerahi potensi dan berbagai bakat oleh Allah yang harus
dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tujuan penciptaan.
Selanjutnya, perempuan adalah istri bagi suami dan ibu bagi
anak-anaknya. Dalam perannya ini perempuan bisa menjadi poros keluarga.
Bisa dikatakan bahwa perempuan adalah tiang penyangga keluarga. Di
rumah, semuanya berporos pada perempuan. Bahkan secara prinsipnya
keluarga menemukan makna ketika ada perempuan. Perempuan adalah sumber
kasih sayang dan pengorbanan. Berkat perempuan nilai spiritual yang
tinggi pada suami dan anak-anak akan tertata dan tertanam untuk
selanjutnya berkembang di tengah masyarakat."
Untuk peran ibu, Soltankhah punya perhatian yang khusus. Dia
mengatakan, "Jika Anda menyerahkan anak kepada pengasuh, yang Anda
tuntut adalah pengasuh itu harus memikirkan ketenangan dan kedamaian
anak Anda. Dia harus pandai berbicara, membuatnya nyaman dan berusaha
menarik perhatiannya. Sementara, ketika anak melihat ibunya dia akan
langsung berlari ke pelukan sang ibu. Padahal ibu tak pernah berusaha
menarik perhatian anak. Itu terjadi karena pandangan dan perlakuan ibu
penuh kasih sayang. Itulah yang membuat anak merasa nyaman. Suami pun
memerlukan perhatian dan kasih sayang seperti itu. Dia memerlukan
dorongan dan dukungan dari seorang istri."
Meski memegang berbagai jabatan penting dan aktif di sejumlah forum
ilmiah, Soltankhah tak pernah mengabaikan tugasnya sebagai istri dan ibu
dalam keluarga. Menurutnya, ibu adalah guru pertama dan terbaik di
dunia. Sebab, anak menemukan pendidikan pertama yang membentuk dirinya
di dalam keluarga. Kita semua, katanya, harus belajar menjadi
manusia-manusia pemaaf yang selalu rela berkorban dan penuh kasih
sayang. Semua itu kita pelajari di lingkungan keluarga. Apalagi,
Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut
keluarga tak ubahnya bagai sel induk bagi sebuah masyarakat. Jika
sel-sel ini baik, maka akan tercipta masyarakat yang baik.
Soltankhah hidup di lingkungan keluarga yang tenggelam dalam aktivitas
ilmu dan budaya. Suaminya adalah anggota Dewan Sains di kampus yang
mengantongi doktoral teknik elektro. Ketiga anak mereka juga mengikuti
jejak keilmuan ayah dan ibu. Putra tertua Soltankhah duduk di bangku
kuliah jenjang doktoral. Sementara anak kedua sedang menyelesaikan studi
strata II bidang teknik elektro. Putri mereka, yang merpakan anak
ketiga duduk di bangku sekolah menengah atas.
Tentang keluarga, Soltankhah mengatakan, "Dalam keluarga, semakin
tumbuh besar anak-anak harus semakin belajar mengenal tugas dan tanggung
jawab mereka dengan toleransi antara mereka. Semua harus bekerjasama,
dan jangan sampai ada kesewenang-wenangan." Soltankhah mengingatkan,
asas terpenting dalam bekerja dan menjalankan tugas adalah kepandaian
dalam mengatur waktu. Jika waktu diatur dengan baik, maka semua
pekerjaan akan bisa dilaksanakan.
Menurut wanita teladan ini, jilbab ibarat benteng kokoh yang melindungi
perempuan. Katanya, "Jilbab adalah pakaian khas kaum wanita. Dengan
mengenakan pakaian yang ibarat benteng ini, dia akan lebih leluasa dalam
beraktivitas di tengah masyarakat. Dengan memakai jilbab, perempuan
seakan memberi pesan kepada kaum pria bahwa aku adalah perempuan bukan
orang yang bisa diperalat. Perlakukan aku sebagai manusia." Soltankhah
menambahkan, dengan memakai jilbab perempuan sudah memperjelas posisinya
di tengah masyarakat.
sumber : irib
0 komentar:
Posting Komentar