Nasrin Soltankhah: Orang Sukses Mempersembahkan Karyanya Demi Negara

AnNajah-Salah satu wanita Iran yang berprestasi membanggakan adalah Nasrin Soltankhah. Lahir di Tehran pada tahun 1961, Nasrin berhasil menyelesaikan studi di jurusan Matematika Universitas Sanaati Sharif pada tahun 1986 dengan nilai tertinggi. Awalnya dia memulai pendidikan di jurusan teknis elektro. Tapi kecenderungannya yang kuat kepada masalah matematika mengubah jalan studinya. Berbekal prestasinya itu, dia memperoleh bea siswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Namun kondisi Iran saat itu yang sedang dalam peperangan melawan pasukan agresor Baath pimpinan Saddam Hossein membuatnya memilih untuk melanjutkan studi di dalam negeri. Pasalnya, Nasrin memiliki anak yang masih bayi sementara sang suami ikut berada di medan perang.
 
Jenjang pendidikan strata II di jurusan matematika berhasil diselesaikannya di Universitas Saanati Sharif dalam waktu yang relatif singkat.  Jenjang studi tingkat doktoral juga diikuti di perguruan tinggi yang sama. Tahun 1994 dia lulus dengan disertasi yang dinobatkan sebagai karya terbaik dalam festival matematika. Nasrin Soltankhah beberapa terpilih sebagai peneliti terbaik di kampusnya. Sejak terdaftar sebagai mahasiswa doktoral, Nasrin sudah mulai mengajar. Setelah lulus, dia ditetapkan sebagai salah seorang anggota dewan keilmuan di universitas al-Zahra dan resmi berprofesi sebagai dosen di perguruan tinggi itu.
 
Soltankhah telah membukukan banyak karya penelitian ilmiah dan sejumlah makalah di bidang matematika. Sampai saat ini 36 makalahnya terbit di buletin ilmiah kenamaan. Dia juga berhasil merampungkan 11 riset ilmiah. Soltankhah mengirimkan sedikitnya 18 makalah ilmiah ke konferensi dalam dan luar negeri.
 
Di bidang politik Soltankhah juga berperan aktif sampai terpilih sebagai salah satu wakil Presiden. Tahun 2003 dia dipercaya warga Tehran untuk menjadi anggota Dewan Kota Tehran. Selama empat tahun masa tugas di dewan ini Soltankhah masuk ke jajaran dewan pimpinan. Dua tahun setelahnya dia diangkat menjadi penasehat Presiden dan Ketua Kantor Urusan Perempuan dan Keluarga yang berada di bawah kantor kepresidenan Iran. Tahun 2008 dia dipercaya mengetuai Lembaga Elit Nasional. Setahun berikutnya, Presiden Iran waktu itu, Ahmadinejad mengangkatnya menjadi Wakil Presiden Urusan Sains dan Teknologi.
 
Saat ditanya tentang siapakah orang yang berhak disebut sukses, Nasrin Soltankhah menjawab, "Orang yang sukses adalah orang  bisa mempersembahkan semua yang ia dapatkan dalam kehidupan ini untuk bangsa dan negaranya. Dengan demikian, hati, jiwa dan ruhnya akan tenang. Tentunya untuk meraih sukses, kita semua berkewajiban mengaktualkan semua potensi pemberian Allah dan mengembangkan yang dianugerahkan kepada kita dengan baik."
 
Soltankhah mengenai peran keluarga dalam keberhasilannya mengatakan, "Peran keluarga sangat penting. Dalam masa pendidikan, ayahku punya peran besar dalam membimbing dan mengarahkanku. Memang sebagian besar jenjang pendidikan kulalui setelah pernikahan dan dengan memangku anak. Saat itu, suamiku selalu membantu dan mendukungku. Karena aku selalu katakan bahwa suamiku punya andil yang sangat besar dalam menopang keberhasilanku. Tapi aku meyakini satu hal, bahwa orang yang punya tekad kuat akan bisa mengatasi semua kendala yang ada di hadapannya dan mengubah kesulitan menjadi kesempatan."
 
Berbicara tentang keseimbangan tugas di rumah dan di luar rumah, Soltankhah menjelaskan, "Pada prinsipnya perempuan adalah manusia yang dalam kemanusiaannya tidak berbeda sama sekali dengan kaum laki-laki. Dia dianugerahi potensi dan berbagai bakat oleh Allah yang harus dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tujuan penciptaan. Selanjutnya, perempuan adalah istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Dalam perannya ini perempuan bisa menjadi poros keluarga. Bisa dikatakan bahwa perempuan adalah tiang penyangga keluarga. Di rumah, semuanya berporos pada perempuan. Bahkan secara prinsipnya keluarga menemukan makna ketika ada perempuan. Perempuan adalah sumber kasih sayang dan pengorbanan. Berkat perempuan nilai spiritual yang tinggi pada suami dan anak-anak akan tertata dan tertanam untuk selanjutnya berkembang di tengah masyarakat."
 
Untuk peran ibu, Soltankhah punya perhatian yang khusus. Dia mengatakan, "Jika Anda menyerahkan anak kepada pengasuh, yang Anda tuntut adalah pengasuh itu harus memikirkan ketenangan dan kedamaian anak Anda. Dia harus pandai berbicara, membuatnya nyaman dan berusaha menarik perhatiannya. Sementara, ketika anak melihat ibunya dia akan langsung berlari ke pelukan sang ibu. Padahal ibu tak pernah berusaha menarik perhatian anak. Itu terjadi karena pandangan dan perlakuan ibu penuh kasih sayang. Itulah yang membuat anak merasa nyaman. Suami pun memerlukan perhatian dan kasih sayang seperti itu. Dia memerlukan dorongan dan dukungan dari seorang istri."
 
Meski memegang berbagai jabatan penting dan aktif di sejumlah forum ilmiah, Soltankhah tak pernah mengabaikan tugasnya sebagai istri dan ibu dalam keluarga. Menurutnya, ibu adalah guru pertama dan terbaik di dunia. Sebab, anak menemukan pendidikan pertama yang membentuk dirinya di dalam keluarga. Kita semua, katanya, harus belajar menjadi manusia-manusia pemaaf yang selalu rela berkorban dan penuh kasih sayang. Semua itu kita pelajari di lingkungan keluarga. Apalagi, Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut keluarga tak ubahnya bagai sel induk bagi sebuah masyarakat. Jika sel-sel ini baik, maka akan tercipta masyarakat yang baik.
 
Soltankhah hidup di lingkungan keluarga yang tenggelam dalam aktivitas ilmu dan budaya. Suaminya adalah anggota Dewan Sains di kampus yang mengantongi doktoral teknik elektro. Ketiga anak mereka juga mengikuti jejak keilmuan ayah dan ibu. Putra tertua Soltankhah duduk di bangku kuliah jenjang doktoral. Sementara anak kedua sedang menyelesaikan studi strata II bidang teknik elektro. Putri mereka, yang merpakan anak ketiga duduk di bangku sekolah menengah atas.
 
Tentang keluarga, Soltankhah mengatakan, "Dalam keluarga, semakin tumbuh besar anak-anak harus semakin belajar mengenal tugas dan tanggung jawab mereka dengan toleransi antara mereka. Semua harus bekerjasama, dan jangan sampai ada kesewenang-wenangan." Soltankhah mengingatkan, asas terpenting dalam bekerja dan menjalankan tugas adalah kepandaian dalam mengatur waktu. Jika waktu diatur dengan baik, maka semua pekerjaan akan bisa dilaksanakan.
 
Menurut wanita teladan ini, jilbab ibarat benteng kokoh yang melindungi perempuan. Katanya, "Jilbab adalah pakaian khas kaum wanita. Dengan mengenakan pakaian yang ibarat benteng ini, dia akan lebih leluasa dalam beraktivitas di tengah masyarakat. Dengan memakai jilbab, perempuan seakan memberi pesan kepada kaum pria bahwa aku adalah perempuan bukan orang yang bisa diperalat. Perlakukan aku sebagai manusia." Soltankhah menambahkan, dengan memakai jilbab perempuan sudah memperjelas posisinya di tengah masyarakat.

sumber : irib
Share this article :
Share on FB Tweet Share on G+

0 komentar:

Posting Komentar