Majelis Mujahidin (MMI) Impor Konflik Sektarian ke Indonesia

AnNajah-Kekalahan-kekalahan itu membuat Bandar bin Sultan merasa perlu membawa pertempuran ke luar kawasan Suriah, tidak saja di kawasan, namun juga ke berbagai wilayah di dunia dengan menyebarkan isu sektarian Sunni versus Syiah.

 Aksi demo menentang peringatan kesyahidan cucu Nabi, Imam Husain as, yang digelar oleh kelompok Takfiri al-Qaeda di Jalan Boulevard Barat, atau tepatnya depan Mall Of Indonesia (MOI), Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Kamis, 14/11/13 merupakan indikasi nyata adanya ekspor konflik dari Timur Tengah terutama di Suriah ke berbagai negara.

Dua ledakan bom yang dilakukan oleh oknum Takfiri hari Selasa, 19/11/13, dan menghantam depan kedubes Iran di Beirut, Libanon semakin mempertegas adanya gerakan impor konflik tersebut.

Sementara di Indonesia misalnya, kelompok Takfiri dalam demonya terang-terangan membawa atribut dan logo al-Qaeda yang dalam spanduk-spanduk berbau provokatif dan anti toleransi. Ini mengindikasikan secara nyata bahwa kelompok binaan Bandar bin Sultan telah memberi warning dini pada pemerintah Republik Indonesia bahwa mereka sudah eksis dan akan melakukan konflik komunal dan sektarian di tanah air.

Menurut analisa yang dimuat di surat kabar Perancis, Le figaro, dua bom di depan kedubes Iran di Libanon menandakan dimulainya perang rahasia antara Iran dengan koalisi Israel-Saudi.

Sementara menurut beberapa pengamat, impor terorisme ke berbagai negara dan kawasan disinyalir sebagai reaksi atas kekalahan yang dituai kelompok Takfiri al-Qaeda di Suriah.

Dalam beberapa serangan terakhir, tentara Suriah meraih kemenangan di berbagai wilayah penting negara itu seperti Qarmun, dekat Arsal (Turki), Qara (dekat Libanon), wilayah pegunungan Qalamoun. Kemenangan itu mampu memotong suplai pasokan senjata dari Saudi, Qatar dan Turki untuk kelompok teroris di Suriah.

Kekalahan-kekalahan itu membuat Bandar bin Sultan merasa perlu membawa pertempuran ke luar kawasan Suriah, tidak saja di kawasan, namun juga ke berbagai wilayah di dunia dengan menyebarkan isu sektarian Sunni versus Syiah.

Demonstrasi di Jakarta dan anarkisme di Makassar yang dilakukan kelompok Takfiri binaan Saudi ini merupakan sirene peringatan pada Republik Indonesia bahwa sabotase kerukunan, kedamaian dan toleransi menjadi target kelompok-kelompok al-Qaeda yang di pimpin oleh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan didukung oleh mesin-mesin medianya seperti voa-islam, arrahmah, mukminun, suara-islam, pos islam dan seperjuagannya yang menghidangkan kue pertikaian mazhab, agama dan sektarian.

Hal yang seharusnya menguatkan kecurigaan umat sebangsa, para pemimpin dan ulama bahwa kelompok Takfiri al-Qaeda ini dengan gegabah telah menganggap bumi Indonesia adalah milik kerajaan Bandar bin Sultan yang siap dijadikan ladang perang komunal dan sektarian seperti Suriah, Afghanistan dan Irak.

sumber : islamtimes
Share this article :
Share on FB Tweet Share on G+

0 komentar:

Posting Komentar